Penulis: Aldi Ardilo Alijoyo, S.Psi, MBA, QRMP, CGP1 dan Al Fattaah Muhammad Syah Fisabilillah, S.P, MBA, QRMA2
Tim CyberWhale

 

Banyak organisasi dan individu di masa sekarang yang mencari dan mempertanyakan penilaian atau asesmen terhadap kompetensi yang dimilikinya. Umumnya, organisasi memberlakukan asesmen kompetensi secara formal dalam rangka menilai kapabilitas dan kredibilitas individu, di mana hasilnya dapat digunakan sebagai dasar dalammenilai performa individu tersebut. Sehubungan dengan hal itu, beberapa pertanyaan muncul, “Apakah yang dimaksud dengan asesmen kompetensi?”; “Mengapa seseorang membutuhkan hal tersebut?”; dan “Bagaimana cara saya memulainya?”.

Asesmen Kompetensi Melakukan Komparasi Keahlian dan Keterampilan Individu Terhadap Sebuah Tata Syarat

Spesifik dalam konteks organisasi, asesmen kompetensi adalah proses penilaian terhadap kapabilitas seseorang berdasarkan tata syarat atau keperluan dari tuntutan pekerjaannya. Tata syarat ini sebaiknya dijelaskan, didefinisikan dengan baik, dan harus termuat dalam model kompetensi organisasi. Tata syarat tersebut biasanya berisikan deskripsi pekerjaan dari sebuah jabatan yang melekat pada fungsi-fungsi yang diperlukan oleh organisasi dalam mencapai sasarannya. Salah satu faktor pendukung seseorang mengikuti asesmen kompetensi yaitu tuntutan pekerjaan yang dimiliki oleh individu tersebut. Hasil asesmen kompetensi yang telah diikuti akan mendefinisikan tingkatan kompetensi (proficiency level) individu tersebut. Dengan kata lain, asesmen kompetensi mengukur bagaimana (perilaku) seseorang melakukan suatu pekerjaan (task atau skill), serta seberapa baik orang tersebut dalam melakukan pekerjaannya.

Tujuan utama dari asesmen kompetensi adalah untuk memberikan pembobotan terhadap pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang dimiliki individu terhadap suatu pekerjaan atau kompetensi tertentu. Sebagai contoh dalam konteks manajemen risiko, banyak orang yang mengakui bahwa organisasi mereka memiliki kapabilitas untuk mengelola risiko, namun pernyataan tersebut sangat subjektif dan tidak terukur. Untuk menanggapi hal tersebut, asesmen kompetensi manajemen risiko dapat membantu organisasi untuk memberikan sebuah ukuran yang objektif terhadap pendefinisian “kompeten” dalam pengelolaan risiko di dalam organisasi. Tidak hanya itu, asesmen kompetensi manajemen risiko juga dapat mengukur kapabilitas tiap individu dalam mengelola risiko di organisasi secara kolektif, sehingga merepresentasikan tingkat kematangan penerapan manajemen risiko dalam organisasi tersebut.

Asesmen Kompetensi Merupakan Hal yang Berkesinambungan

Kompetensi dan kapabilitas seseorang adalah hal yang dinamis. Rob Lauber, direktur pembelajaran (Chief Learning Officer) di McDonald’s mengatakan bahwa seiring berjalannya waktu, seorang karyawan akan membutuhkan peningkatan keterampilan (upskill) atau mematangkan keterampilan yang sekarang ini dimilikinya (reskill). Oleh karena itu, sertifikasi atau pengakuan terhadap suatu kompetensi tertentu perlu dipelihara dan diuji kembali pada tenggat waktu tertentu guna memastikan individu yang telah dinilai tetap mengikuti standar yang ada dari waktu ke waktu.

Dalam rangka mengelola kapabilitas organisasi, perlu diadakannya siklus asesmen terhadap tiap kompetensi individu yang menjadi anggota organisasi sesuai dengan pekerjaannya. Siklus ini juga mencakup asesmen ulang (reassessment) yang dilakukan setiap periode waktu yang telah ditetapkan. Dengan demikian, organisasi dapat memastikan setiap insan yang berada di dalamnya memiliki kompetensi yang terstandarisasi dan relevan dari waktu ke waktu, serta secara tidak langsung akan membentuk budaya organisasi yang lebih matang terhadap kompetensi tersebut.